Senin, 09 Mei 2016

AUDITING-PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS



RANGKUMAN
AUDITING
(PEMERIKSAAN KAS dan SETARA KAS)
Oleh : Riska Maulani Ahmi

Kas dan setara kas merupakan aset keuangan, sehingga kas dan setara kas adalah bagian dari instrumen keuangan. Aset keuangan adalah kas, investasi ekuitas perusahaan lain, atau hak kontraktual untuk menerima kas dari pihak lain (kieso,et al.,2011:882)
Setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan (PSAK No.2, hal 2.2 dan 2.3. IAI:2002)
Setara kas adalah investasi jangka pendek dan sangat likuid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi atau lainnya. Oleh karena itu, investasi umumnya diklasifikasikan sebagai setara kas hanya jika akan segera jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehan. Cerukan bank pada umumya termasuk aktivitas pendanaan sejenis dengan pinjaman, namun, jika cerukan bank dapat ditarik sewaktu-eaktu dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan kas entitas, maka ceruka tersebut komponen kas dan setara kas (SAK ETAP-IAI,2009:28)
Menurut Standart Akuntansi Keuangan tahun 1994 :
a.       Yang dimaksud dengan kas ialah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan
b.      Yang di maksud dengan bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan
Kas merupakan harta perusahaan yang paling menarik dan dan mudah diselewengkan. Selain itu banyak transaksi  perusahaanyang menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas  oleh karena itu, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecurangan atau penyelewengan yang menyangkut uang kas perusahaan, diperlukan adanya pengendalian intern yang baik atas kas dan setara kas. (auditing-sukrisno agus-hal 166)
Kas adalah satu-satunya akun yang terlibat pada semua siklus. Kecuali siklus persediaan dan penggudangan. Oleh karena itu, audit atas area ini sengaja dilakukan paling akhir karena bukti-bukti yang dikumpulkan untuk saldo kas sangat tergantung pada hasil pengujian pada siklus yang lain. (auditing-AI Haryono Jusup-hal 857)
Contoh dari perkiraa-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai kas dan setara kas adalah :
·         Kas kecil (petty cash) dalam rupiah ataupun mata uang asing
·         Saldo rekening giro bank dalam rupiah maupun mata uang asing
·         Bon sementara
·         Bon bon kas kecil yang belum direimbursed
·         Check tunai yang belum didepositokan
Yang tidak boleh digolongkan sebagai kas dan setara kas pada neraca adalah :
·         Deposito berjangka
·         Check mundur dan check kosong
·         Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu
·         Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik di dalam maupun di luar negeri misalnya karena dibekukan

TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT) KAS DAN SETARA KAS
1.      Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank
2.      Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca per tanggal neraca betul-betul ada dan dimiliki perusahaan
3.      Untuk memeriksa apakah adda pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara kas
4.      Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta asing, apakah saldo tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi komprehensif tahun berjalan
5.      Untuk memeriksa apakah penyajian di neraca sesuai dengan standar akuntansi keuangan indonesia (SAK/ETAP/IFRS)

PENJELASAN PROSEDUR PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS

1.      Pahami dan evaluasi internal control kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank
Hasil evaluasi internal control atas kas dan bank serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank berupa kesimpulan apakah internal control berjalan dengan efektif atau tidakjika auditor menyatakan internal controlnya baik maka pengujian atas saldo kas dan setara kas pertanggal neraca bisa dipersempit, karena kemungkinan kesalahan kecil, dan walaupun ada kesalahan pasti akan segera ditemukan.
Untuk memahami internal control. Auditor bisa melakukan internal control questionnaires. Kemudian hasilnya bisa digambarkan melalui flowchart atau dalam bentuk narrative. Auditor bisa mengevaluasi internal control yang ada secara teoritis dan menarik kesimpulan sementara apakah internal control atas kas dan setara kas serta penerimaan dan pengeluaran kas/bank baik,sedang, atau lemah. Jika disimpulkan sementara internal control baik atau sedang, auditor harus melakukan tes ketaatan atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas/bank untuk membuktikan apakah internal control berjalan baik atau tidak. Jika telah selesai melakukan compliance test, bisa dilanjutkan menemukan kesimpulan akhir apakah internal control berjalan dengan baik, sedang atau lemah. Kemudian barulah dilakukan substantive test atas prosedur kas/bank.
Yang diambil sebagai sampel biasanya : bukti penerimaan kas/bank dan bukti pengeluaran kas/bank atau nomor check/giro.
Jika internal control lemah, auditor tidak perlu mengadakan tes ketaatan, tetapi langsung melakukan substantive test yang diperluas. Karena biasanya jika tetap dilakukan complience test (tes ketaatan), kesimpulan akhir tetap menyatakan bahwa internal control lemah.
Setelah melakukan compliance test. Auditor harus memberikan kesimpulan akhir, apakah internal control baik, sedang, atau lemah. Setelah itu baru dilakukan substantive test atas saldo kas/bank
Prosedur audit untuk compliance test harus dipisahkan dari prosedur audit untuk substantive test, begitu juga kertas kerja pemeriksaannya
Contoh kasus PT RENIKU
Dalam perusahaan ini, berdasarkan narrative, flowchart dan jawaban internal control  questionnaires misalnya ditarik kesimpulan sementara bahwa pengendalian internal atas penerimaan dan pengeluaran kas/bank cukup baik dan tidak diidentifikasi suatu risiko kesalahan yang material.
Maka, langkah berikutnya auditor harus melakukan comliance test (pengujian ketaatan) namun sebelumnya perlu disusun audit program untuk pengujian ketaatan atas transaksi penerimaan dan pengeluran kas/ank sebagai berikut:
a.       Penerimaan kas bank
-          Ambil sampel bukti penerimaan kas/bank secara random; semua penerimaan kas yang berjumlah >= Rp. 10 juta ditambah 10 penerimaan kas.bank yang berjumlah <Rp 10 juta
-          Periksa apakah bukti penerimaan tersebut :
Ø  Sudah diotorisasi pejabat perusahaan yang berwenang
Ø  Lengkap bukto pendukungnya (misal kwitansi bernomor urut tercetak, deposit slip)
Ø  Mencantumkan nomor perkiraan yang dikredit dengan benar dan perhitungan mathematisnya sudah benar
-          Periksa apakah postingan ke buku besar kas (untuk penjualan tunai) dan pituang (untuk pelunasan piutang) serta buku besar penjualan sudah dilakukan dengan benar. Begitu juga postingan ke sub buku besar piutang
-          Tarik kesimpulan mengenai compliance test

b.      Pengeluaran kas bank
-          Ambil sampel bukti pengeluaran kas/bank secara random; semua pengeluaran kas yang berjumlah >= Rp 5 juta ditambah 10 pengeluaran kas/bank yang berjumlah <Rp 5 juta
-          Periksa apakah pengeluaran bukti kas tersebut :
Ø  Sudah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang
Ø  Lengkap bukti pndukungnya (misal PR, PO, supplier invoice, RR, kwitansi dari supplier dan lain-lain)
Ø  Mencantumkan nomor perkiraan yang didebit dengan benar
Ø  Perhitungan mathematis yang sudah benar
-          Periksa apakah postingan ke buku besar dan sub buku besar (misalnya utang) sudah dilakukan dengan benar
-          Tarik kesimpulan mengenai hasil compliance test

2.      buat TOP Schedule kas dan setara kas per tanggal neraca
dibuat oleh auditor

3.      lakukan cash count
jika klien menggunakan imprest fund system untuk kas kecilnya, cash count bisa dilakukan kapan saja, karena saldo kas selalu tetap.
Tetapi jika menggunakan  fluctuating fund system maka cash count sebaiknya dilakukan tidak jauh dari tanggal neraca agar tidak mengalami kesulitan sewaktu melakukan perhitungan maju atau mundur ke tanggal neraca (saldo kas per tanggal cash count ditambah atau dikurangi dengan penerimaan atau/dan pengeluaran sebelum/sesudah tanggal neraca)

4.      kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal tidak dilakukan kas opname
untuk kas yang berada di cabang yang jauh dan saldonya tidak besar (misal di irian jaya dengan saldo Rp. 1000.000) tidak perlu auditor secara khusus mengunjungi cabang tersebut untuk melakukan kas opname, karena tidak berimbang cost dan benefit-nya. Sehingga cukup dikirim surat konfirmasi atau diminta pernyataan saldo dari kasir.

5.      Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan
Surat konfirmasi tersebut harus ditandatangani oleh pejabat perusahaan yang nama dan contoh tanda tangannya tercantum di “signature card” bank perusahaan (authorized signature). Konfirmasi tersebut bisa mencantumkan nomor rekening bank perusahaan tetapi akan lebih baik jika nomor rekening tersebut tidak dicantumkan.
Surat konfirmasi harus tetap dikirim walaupun perusahaan sudh menerima rekening koran dari bank karena :
Ø  Hal tersebut merupakan standart audit procedures untuk mendapatkan bahan bukti audit (audit evidence)
Yang dinyatakan dalam surat konfirmasi bukan hanya saldo bukan tetapi banyak hal lainnya, seperti : jumla kredit, pendiskontoan wesel tagih, contingent liability dan lain-lain
Ø  Jawaban konfirmasi diminta untuk dikirim langsung ke auditor, sedangkan rekening koran selalu dikirim ke klien


6.      Minta rekonsiliasi bank dan lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut
Rekoniliasi bank harus dibuat oleh klien dan tugas auditor adalah memeriksa kebenaran rekonsiliasi tersebut, serta mengusulkan audit adjustment jika ditemukan suatu kesalahan
            Prosedur audit yang biasa dilakukan adalah:
Ø  Cocokan saldo menurut rekening koran bank dengan rekening koran bank yang bersankutan dan jawaban konfirmasi bank
Ø  Periksa footing dan cross footing
Ø  Cocokan saldo menurut pembukuan dengan saldo buku kas/bank dan buku besar kas/bank
Ø  Periksa outstanding check dan outstanding lebih dari 70 hari sehingga perlu dibuat jurnal koreksi
Ø  Periksa biaya administrasi bank dan jasa gito ke rekening koran dan nota debit/kredit dari bank

7.      review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit untuk mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening bank yang dimiliki perusahaan.

8.      Periksa interbank transfer +- 1 minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca, untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan untuk window dressing. Check kitting bisa dilakukan jika bank memiliki lebih dari 1 rekening bank. Untuk mengetahui ada tidaknya check kitting, auditor harus memeriksa transfer dari rekening bank perusahaan ke rekening bank perusahaan  yang lain dan mencocokan  apakah pemabahan saldo do rekening bankyang berasal dari transfer sudah diikuti dengan pengurangan saldo direkening bank lainnya. Karena biasanya check kitting dilakukan mendekati tanggal neraca maka periode yang harus diperiksa +-1 minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca

9.      Periksa transaksi kas sesudah tanggal neraca (subsequent payment dan subsequent collection) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan lapangan. Tujuannya ialah untuk mengetahui apakah ada unrecorder liabilities (kewajiban yang belum tercatat) pertanggal neraca yang baru dibayar di periode berikutnya. Baik yang berasal dari pembelian aset ataupun biaya-biaya perusahaan. Tujuan lainnya ialah untuk mengetahui apakah utang pertanggal neraca sudah dilunasi diperiode berikutnya, sehingga auditor lebih yakin mengenai kewajaran saldo utang pertanggal neraca. Untuk subsequent collection tujuannta terutama untuk meyakinkan auditor mengenai kewajaran angka piutang pertanggal neraca. Mungkin saja ada penjualan, misalnya desember 2010, yang dilunasi januari 2011 dan belum tercatat oleh perusahaan.

10.  Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing pertanggal neraca, periksa apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca, dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan

11.  Periksa apakah penyajian kas dan seatra kas di neraca dan catatan tas laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan di indonesia (SAK/ETAP/IFRS)

Diranngkum dari buku Auditing : Sukrisno Agoes

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar